Kamis, 22 Mei 2014

Potensi Wisata Bahari Lingga, Menikmati Indahnya Terumbu Karang

Potensi Wisata Bahari Lingga, Menikmati Indahnya Terumbu Karang

Potensi Wisata Bahari Lingga, Menikmati Indahnya Terumbu Karang


Oleh: Muhammad Nur

Jarum jam baru menunjukkan pukul 08.30 WIB pagi itu, namun staf khusus Bupati Lingga Deddy Zulfriady Noor sudah tiba di bandara Hang Nadim. Ia menjemput tamu dari Jakarta.

Tamu-tamu tersebut antara lain, Direktur Pariwisata Akhyaruddin, Direktur Konservasi dan Taman Laut DKP Yaya Mulyana, Ihwanuddin dan Andrianti dari Bappenas, Bambang Priyono dan Abdul Mutalib dari Departemen Perhubungan, Asisten Deputi Pengembangan Daerah Tertinggal Kementrian PDT Andi Fathoni bersama rekannya Tulus—yang membidangi infrastruktur di PDT, dan pakar kehutanan UGM Prof Azwar serta sejumlah tamu penting lainnya, termasuk perwakilan dari Sampoerna serta beberapa tamu dari Batam.

Dengan menggunakan kapal feri Baruna, rombongan yang berjumlah 20 orang ini menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang. Di pelabuhan ini, sudah menunggu speed boat carteran yang akan dipergunakan rombongan menuju Lingga.

Pukul 10.45 WIB, rombongan meninggalkan Pelabuhan Sri Bintan Pura. Sepanjang perjalanan, tamu dari Jakarta tak henti-hentinya melayangkan pandangan ke perairan Lingga yang biru dengan gugusan pulau-pulau kecil. Sesekali mereka membidik pulau-pulau kecil dengan kamera digital dan kamera ponsel yang mereka bawa.

Hanya satu jam perjalanan, rombongan tiba di Pulau Benan, Kecamatan Senayang. Pulau ini letaknya paling dekat dengan Batam. Dari pulau ini bisa dilihat dengan jelas Galang Baru. Bahkan, jika berangkat dari jembatan enam dengan menggunakan kapal barang, Pulau Benan bisa dicapai kurang dari satu jam. Jika menggunakan speed boat, sekitar 25 menit.

Pulau ini dihuni lebih dari 153 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk lebih 1.000 jiwa. Umumnya etnis Melayu dan Tionghoa. Meski berbeda ras dan suku, namun kehidupan masyarakat di pulau ini sangat harmonis. Mereka menyatu satu sama lainnya.

Pulau Benan sebenarnya masih satu desa dengan Medang. Namun, setelah pemekaran, Benan menjadi desa tersendiri yang dipimpin kepala desa bernama Kamaruddin. Pulau ini diterangi dengan pembangkit listrik tenaga diesel dan hanya nyala malam hari.

Melihat pulau Benan, lagi-lagi pujian mengalir dari tamu-tamu asal Jakarta. Indah pantainya. Pohon kelapa yang tinggi dengan nyiurnya melambai.

Menariknya lagi, meskipun rumah warga berada di bibir pantai, namun tak terlihat sampah. Pantainya tetap bersih. Sebelum speed boat merapat, ratusan warga Benan sudah menunggu di pelabuhan bertiang beton dan berlantai kayu yang panjangnya kurang lebih 300 meter menjorok ke laut. Alunan musik kompang pun menyambut rombongan.

Rombongan pun bergerak ke Sekretariat Kelompok Masyarakat Pengelola Terumbu Karang. Letaknya bersebelahan dengan Masjid An Nur. Begitu tiba di sekretariat, tamu disuguhkan kelapa muda yang baru dipetik dari pohonnya. “Wow, segar dan manisnya alami,’’ ujar Direktur Pariwisata, Akhyaruddin.

Tidak hanya kelapa muda yang dihidangkan, sajian hasil laut juga sudah menanti. Ada Ranga (baca: Range) sejenis Gonggong. Namun, ukurannya lebih besar dan beberapa bagian cangkangnya berbentuk seperti jemari. Selain nikmat, cangkangnya bisa dibuat kerajinan tangan (Handycraf). Juga ada Kepik, sejenis kerang, namun agak pipih dan ukurannya cukup besar. Ada juga Remis, Kimah, Kepiting Bakau, dan rajungan. “Di sini banyak sekali hasil laut seperti itu (Ranga, kepiting, kepik dan lainnya, red),’’ ujar Ketua RW I, Abdul Gani.

Warga Benan tak perlu jauh-jauh melaut, karena potensi hasil laut di kawasan ini masih melimpah. Kawasan ini jauh dari pencemaran atau eksploitasi hasil laut dengan cara-cara yang dilarang. Hasil laut itu dijual ke Batam dan Singapura. “Berapapun kita bawa ke sana (Singapura), laku semua,’’ kata Sarlan, seorang pedagang pengumpul yang biasa menjual hasil laut ke Singapura via Batam.

Tak hanya itu, ikan beragam jenis dan ukuran juga disajikan warga Benan. Tamu-tamu dari Jakarta terkagum-kagum. “Tidak salah lagi. Kawasan ini sangat potensial untuk wisata bahari dan perikanan,’’ kata Ihwanuddin dari Bappenas.

“Letaknya juga sangat strategis, dekat dengan Batam yang juga berarti dekat dengan Singapura. Saya menyarankan kawasan Pulau Benan dan sekitarnya jadi titik awal pengembangan wisata bahari,’’ katanya lagi.

Usai menikmati hasil laut Pulau Benan, rombongan dari Jakarta kemudian diberi kesempatan melihat langsung objek wisata bahari di beberapa titik di kawasan Senayang. Antara lain, objek wisata terumbu karang di Kawasan Pulau Benan, kemudian kawasan Temiang, Manu, Berjung, Penaah, Sekanak dan Lembong.

Di kawasan Pulau Benan ada satu pulau yakni Pulau Katang Lingga yang memiliki terumbu karang Indah. Tidak perlu menyelam untuk melihat keindahan karang di pulau ini, cukup menatap dari atas boat, akan ditemui aneka karang yang sangat indah. Apalagi airnya saat rombongan ini berkunjung ke pulau itu jernih, sehingga dengan mudah menyaksikan keindahan alam bawah laut, lengkap dengan aneka jenis ikan, baik besar maupun kecil.

“Ini sangat potensial untuk wisata menyelam (diving),’’ kata Ketua Lembaga Pengelola Terumbu Karang (LPTK) yang merupakan ujung tombak dari Coral Refrehabilitation & Managment Program (Coremap), Amran, sambil menunjuk ke dasar laut yang terumbu karangnya tumbuh subur. “Masyarakat Benan dan sekitarnya kompak menjaga aset wisata bahari ini,’’ kata Amran lagi.

Hal ini juga dibenarkan oleh Direktur Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Yaya Mulyana. “Kawasan ini masuk wilayah kerja Coremap dan sekarang udah tahap II,’’ katanya.

“Saya hanya bisa mengatakan The best in the World,’’ kata Yaya beberapa kali.

Tidak hanya di wilayah Pulau Benan dan sekitarnya yang memiliki terumbu karang yang masih asli dan terjaga, banyaknya pulau di Lingga juga berpotensi besar. Jumlah pulau di Lingga mencapai 531 pulau. Yang berpenghuni baru 92 pulau, sisanya belum berpenghuni.

Ihwanuddin dari Bappenas menyarankan, jika Kabupaten Lingga ingin maju, pembangunannya harus fokus. Ia merekomendasikan pariwisata dan perikanan sebagai motor penggerak percepatan pembangunan Lingga. Bahkan, ia menyarankan, pengembangan wisata diawali di kawasan Benan. Selain potensi alamnya bagus, juga punya kedekatan dengan Batam dan Singapura. Ia juga menyarankan pada Kepala Dinas Pariwisata Lingga, Ishak, agar secepatnya membuat Rencana Induk Pariwisata.

“Tidak perlu menunggu RUTR dan RTRW rampung. Kalau menunggu itu kapan pariwisatanya maju,’’ ujar Ihwanuddin.

Bahkan, Ihwanuddin menantang pemerintah Lingga untuk berani melakukan terobosan bidang pariwisata. Salah satunya dengan menyewakan pulau pada investor untuk pengembangan wisata. “Berani tak menyewakan pulau selama 70 tahun pada investor? Harus beranilah, mana ada investor mau menyewa kalau hanya diberi waktu 20 tahun,’’ katanya.

Menurutnya, membangun pariwisata dan perikanan Lingga, tidak mesti dengan diawali ketersediaan anggaran yang besar. Tapi, bisa diawali dengan regulasi atau kebijakan.

“Kebanyakan orang Indonesia berfikir membangun harus dengan dana besar dulu. Alasannya selalu anggaran. Padahal bisa dengan regulasi. Caranya, berikan kemudahan bagi investor untuk masuk, bisa dengan rentang sewa pulau yang lama dan kemudahan perizinan lainnya,’’ katanya.

Menanggapi hal ini, Bupati Lingga Daria mengatakan, saat ini pihaknya sedang melobi investor yang akan membangun pariwisata di Lingga. Salah satunya Hano Bali yang sejak 2004 sudah mengajukan proposal untuk membangun pariwisata di Lingga. “Rencananya awal Desember ini mereka akan datang melihat lokasi,’’ katanya, yang dibenarkan Ishak dan Deddy.

Usai menyaksikan terumbu karang di kawasan Benan, speed boat kemudian bergerak ke Daik Lingga. Sepanjang perjalanan, lagi-lagi rombongan disajikan dengan keindahan pulau-pulau kecil yang menyebar di wilayah Lingga.

Sumber :http://batampos.co.id
Foto : http://cache.virtualtourist.com

SISTEM DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR (SISTEK)





SISTEM DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
(SISTEK)

1.      JARING APUNG

 

Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1.      Kerangka keramba jaring apung
Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.  Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.

2.      Pelampung keramba jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.
3.      Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4.      Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah.
5.      Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan,  terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan  Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm).

6.      Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7.      Tali / tambang keramba jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

JENIS IKAN YG DIBUDIDAYA
Ø  Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina),
Ø  Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch),
Ø  Kakap Merah (Lutjanus malabaricus, Bloch & Schaider).
Ø  Dan lain-lain

2.    KERAMBA
Keramba  adalah wadah budidaya berupa kandang yang terbuat dari kayu, papan, atau bambu yang ditempatkan di dasar sungai. Karamba terdiri dari rangka kayu dan dinding yang terbuat dari kayu, bambu, papan atau kawat berukuran panjang 2-10 m, lebar 1-5 m dan tinggi 1-2 m, tambang dan patok kayu untuk menahan keramba dan pintu dibagian atas yang bisa dibuka dan ditutup untuk penebaran benih, pemberian pakan, pemanenan, dan sebagainya.

Komponen keramba
keramba terdiri dari rangka kayu  dan dinding yang terbuat dari kayu, bambu, papan atau kawat berukuran panjang  2-10 m, lebar 1-5 m dan tinggi 1 – 2 m, tambang dan patok kayu untuk menahan keramba dan pintu dibagian atas yang bisa dibuka dan dan ditutup untuk penebaran benih, pemberian pakan dan sebagainya.
- Dinding
- Dasar
- Atap
- Pintu
Jenis ikan yg biasa dibudi daya
Ø  Ikan tawes (Punctius javanicus Blkr).
Ø  Ikan mujair  (Tilapia masambica). 
Ø  Ikan sepat siem  (Trichogaster pectoralis egen).
Ø  Ikan toman  (Ophiocephalus micropeltres).
Ø  Ikan gabus (Ophiocephalus  striatus Blkr). 
Ø  Ikan betok (Anabes testudineus block).
Ø  Ikan gurami  (Osphronemus gouramy L.).



3.    KOMBONGAN
Kombongan adalah wadah yg berupa kandang yg terbuat dari kayu, papan, atau bambu yg ditempatkan di dasar sungai dengan cara menggali dasar sungai sehingga bagian atas wadah setingkat dg permukaan sungai. Sumber daya air didapat dari sungai dan saluran irigasi.        
Komponen kombongan
Kombongan terdiri dari rangka kayu  dan dinding yang terbuat dari kayu, bambu, papan atau kawat berukuran panjang  2-10 m, lebar 1-5 m dan tinggi 1 – 2 m, tambang dan patok kayu untuk menahan kombongan dan pintu dibagian atas yang bisa dibuka dan dan ditutup untuk penebaran benih, pemberian pakan dan sebagainya.
- Dinding
- Dasar
- Atap
- Pintu
Jenis ikan yg biasa dibudi daya
Ø  Ikan tawes (Punctius javanicus Blkr).
Ø  Ikan mujair  (Tilapia masambica).
Ø  Ikan sepat siem  (Trichogaster pectoralis egen).
Ø  Ikan toman  (Ophiocephalus micropeltres).
Ø  Ikan gabus (Ophiocephalus  striatus Blkr). 
Ø  Ikan betok (Anabes testudineus block).
Ø  Ikan gurami  (Osphronemus gouramy L.).




4.    SAWAH   
Budidaya ikan dapat juga dilakukan di sawah. Sawah memiliki komponen sistem budidaya seperti kolam air tenang atau tambak, yakni memiliki pematang dasar sawah, pintu air, dan saluran air.
Sistem teknologi budidaya perairan di sawah ini dimungkinkan memiliki pengairan yang baik dan terkontrol. Selain khusus untuk memelihara ikan, sawah bisa digunakan untuk memelihara ikan bersama padi atau mina padi. Mina padi dapat mengefisienkan pemanfaatan lahan, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produksi ikan, memberikan lapangan pekerjaan, mendukung program peningkatan gizi masyarakat, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bangsa. Keuntungan lain adalah kotoran ikan dapat menjadi pupuk tambahan bagi padi, serangga pengganggu tanaman padi dapat dimakan oleh ikan, dan petani lebih sering mengontrol sawahnya sehingga tanaman padinya juga terkontrol dengan baik.
Komponen sawah.
Komponen sawah meliputi pematang kolam, dasar sawah, pintu air masuk, (inlet), pintu air keluar (outlet), salurn pemasukan air, dan saluran pembuangan air. Pematang sawah dan dasar sawah berfungsi, menahan massa air selama mungkin didalam sawah sehingga ikan pemeliharaan dapat hidup, tumbuh, dan berkembangbiak,. Pematang dan dasar sawah terbuat dari beton atau dari tanah asal tempat sawah tersebut dibangun.
Jenis ikan yang dibudidaya antara lain :
Ø Lele,
Ø Ikan mas,
Ø Ikan bandeng,
Ø Belut


5.        JARING TANCAP
         
            Jaring Tancap Jaring tancap ( fixed net cage ) adalah sistem teknologi budidaya dalam wadah berupa jaring yang diikatkan pada patok yang menancap ke dasar perairan. Komponen ini meliputi rangka, kantong jaring, patok dan rumah jaga. Fungsi, bahan dan spesifikasi setiap komponen tersebut mirip dengan komponen sejenis pada sistem KJA, kacuali patok. Patok berfungsi sebagai penyangga jaring sehingga bisa berbentuk kantong segi empat, terbuat dari kayu, bambu atau beton. Sistem ini diletakkan di pantai perairan danau, waduk, laut, atau sungai tenang yang memiliki kedalaman sekitar 3-7 m.
Komponen jaring tancap
-       rangka,
-       kantong jaring,
-       patok dan rumah jaga.
Fungsi, bahan dan spesifikasi setiap komponen tersebut mirip dengan komponen sejenis pada sistem KJA, kacuali patok. Patok berfungsi sebagai penyangga jaring sehingga bisa berbentuk kantong segi empat, terbuat dari kayu, bambu atau beton.
Jenis ikan yg dibudidaya antara lain :

Ø ikan kerapu,
Ø Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina),
Ø Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch),
Ø Kakap Merah (Lutjanus malabaricus, Bloch & Schaider).
Ø ikan nila,
Ø ikan nila gesit,
Ø ikan patin,
Ø ikan lele,
Ø ikan bawal,
Ø ikan belutu.


6.    SEKAT
         
Sekat atau enclosure adalah sistem teknologi budidaya yang dilakukan di suatu perairan berupa teluk kecil atau selat sempit. Pada jarak terdekat, di mulut teluk atau di antara dua daratan di selat sempit tersebut, dibangun pagar penghalang sehingga biota di dalamnya terkurung. Pagar penghalang bisa terbuat dari kayu dan jaring batu. Luas areal perairan yang terkurung bisa mencapai 1 hingga puluhan hektar.
Wadah budidaya berupa teluk kecil atau selat sempit yang disekat.  Sebagian besar dinding wadah bersifat alamiah kecuali sekat/pagar penghalang.Teknologi sederhana, mengandalkan pakan alami. Pemilihan lokasi: karakteristik aspek geomorfologi, hidro-oseanografi, kualitas air, ekosistem, sosekbud

Komponen sekat:
- Teluk                                        
- Sekat (Barrier)
- Pintu
Jenis ikan yg dibudidaya antara lain :
Ø  Ikan gabus
Ø  Ikan  lele


7.    KANDANG
Pen culture (kandang) Pen culture adalah sistem budidaya berupa kandang dengan dinding terbuat dari jaring yang ditunjang oleh patok kayu, sementara dasar kandang berupa dasar perairan (dinding alam). Sistem ini bisa ditempatkan di perairan laut dangkal yang terlindung ( protected shallow sea ). Patok kayu ditancapkan dengan ketinggian sedikit lebih tinggi dari pasang tertinggi (HWL, high water level ) sehingga pada saat pasang tersebut kandang tidak tenggelam. Pada patok tersebut dipasangi jaring setinggi patok dan bagian bawah jaring dibenamkan ke dasar laut sedalam 0,5 – 1,0 m untuk menutup kemungkinan biota kultur menerobos ke luar kandang. Luas kandang berkisar antara 100 hingga 50.000 m2. Komponen kandang :
Ø Jaring
Ø Patok kayu
Jenis ikan yg dibudidaya antara lain :
Ø Ikan nila
Ø Ikan gabus
Ø Ikan lele
Ø Ikan mujair

8.    LONGLINE
 






Longline adalah sistem teknologi budidaya dengan menggunakan tambang sebagai komponen utama wadah produksi. Tambang berfungsi sebagai tempat untuk menambatkan biota budidaya perairan baik secara langsung maupun tidak langsung. Organisme budidaya tersebut antara lain rumput laut, kerang mutiara dan kerang konsumsi lainnya ( oyster, abalone).
Komponen-komponen longline :
- Tambang
- Pelampung
- Jangkar/pemberat
Jenis ikan yg dibudidaya antara lain :
Ø  Rumput laut,
Ø  Kerang mutiara dan
Ø  Kerang konsumsi lainnya ( oyster, abalone).

9.    RAKIT

            Rakit sebenarnya hampir sama dengan longline tetapi bahan yang digunakan berupa bambu yang dirangkai seperti rakit. Komponan-komponen rakit :
-   Pelampung/bambu
-   Jangkar/pemberan
-   Tambang/nilon
Jenis ikan yg dibudidaya antara lain :
Ø Rumput laut,
Ø Kerang mutiara dan
Ø Kerang konsumsi lainnya ( oyster, abalone).

10.     BAK, TANGKI, AKUARIUM
-     BAK
Pemanfaatan tehnologi yang hemat sumberdaya dan ramah lingkungan, bak bisa dibuat dibelakang rumah dan di sekitar rumah.


Komponen-komponennya:
- dinding
- Dasar
- Atap
- Lubang masuk/keluar
Jenis ikan yang dibudidaya antara lain :
Ø Udang air tawar
Ø Ikan lele


-     TANGKI
Budidaya ikan dengan bak atau ruang tertutup biasanya untuk menghasilkan bahan pangan, ikan hias, dan rekreasi.
Tehnologi ini pada prinsipnya disamping menghemat penggunaan lahan dan air juga meningkatkan efisiensi usaha melalui memanfaatkan hara dari sisa pakan dan metabolisme ikan, serta merupakan salah stu sistem budidaya ikan yang ramah lingkungan. Komponen-komponen tangki :
-   Tangki pemeliharaan ikan
-   Unit penangkap dan pemisah limbah padat { sisa pakan dan feses }
-   Bio filter
-   Sub sistem hidroponik
-   Sump : titik terendah dalam sistem dimana air mengalir dari yang dipompa kembali ke tanki pemeliharaan
Jenis ikan yang dibudidaya antara lain :

Ø  Ikan  mas,
Ø  Ikan salmon,
Ø  Lele, dan
Ø  Ikan tilapia


-       AKUARIUM





Akuarium adalah sebuah vivarium biasanya ditempatkan di sebuah tempat dengan sisi yang transparan (dari gelas atau plastik berkekuatan tinggi), di dalamnya satwa dan tumbuhan air (biasanya ikan, namun dapat juga ditemukan invertebrata, amfibi, mamalia laut dan reptil) ditampung, dan digunakan untuk display publik. Akuarium berasal dari bahasa latin aqua yang berarti "air", dan sufiks -arium yang berarti "tempat yang terkait dengan".
Komponen-komponen akurium
Ø Dinding [ kaca ]
Ø Dasar [ kaca ]
Ø Atap [ kaca ]
Ø Lubang masuk/keluar
Jenis ikan yang dibudidaya antara lain :
-       Ikan hias
-       Ikan gabus
-       Ikan koki
-       Dan lain-lain